Nyobamoto.com – Bro Sis …
Sabtu atau weekend kemarin setelah disibukkan beberapa hari kerja maka saatnya nyobamoto untuk refreshing. Dan tempat yang menjadi destinasi dari keinginan jalan-jalan kali ini adalah Kawasan BTS atau Bromo Tengger Semeru. Kawasan ini dipilih selain untuk #cari_aman dalam berkendara menghindari pusat keramaian juga relatif murah dan terjangkau kantong. Start dari rumah agak siang karena sedikit miss komunikasi. Hanya berdua saja bersama rekan Malang sementara lainnya sedang ada kesibukan. Sekitar pukul 08.30 start dari Singosari menuju Purwodadi namun isi dulu MAISIBI dengan Pertalite sebanyak satu lembar uang biru. Usai itu ganti joki MAISIBI yang isi perut atau sarapan di Rawon Mbak Sri Purwodadi. Maknyuss lah.
Usai makan langsung pasang action cam juga untuk dokumentasi jalan-jalan ini. Kita mencoba jalur Purwodadi – Nongkojajar – Tosari karena memang rute ini terakhir dilewati nyobamoto pada 2010 saat masih menggunakan Honda CS1. Tentu selama 7 tahun dipastikan akan banyak perubahan. Ternyata betul yang nyobamoto perkirakan. Kalau jalannya ya memang menanjak lumayan ekstrim bila dibanding rute melalui Warungdowo – Paserpan – Tosari, namun beberapa ruas jalan sudah baik karena diaspal. Padahal waktu 2010 dulu masih makadam dan jelas relatif sulit untuk dilewati. Hanya sedikit jalan rusak di sekitar Nongkojajar. Memasuki kecamatan Tosari justru relatif halus jalannya.
Lepas dari semua tanjakan-tanjakan awal langsung kita sampai di pos tiket atau portal masuk kawasan BTS. Disini untuk wisatawan lokal atau wisatawan domestik dikenakan tarif berbeda bila dibanding wisatawan manca negara. Juga hari kedatangan menentukan harga tiket. Karena nyobamoto dan bro Fauzi kemarin berkunjung pada hari Sabtu maka tiketnya juga berbeda bila berkunjung pada hari libur atau minggu. Per wisatawan lokal tiket masuknya Rp. 25.000,- Karcis motornya Rp. 5.000,- dan Asuransi kecelakaannya Rp. 2.500,- Jadi masing-masing kami harus merogoh kocek sebesar Rp. 32.500,- untuk naik ke Bromo.
Usai membayar karcis kita langsung gas ke Penanjakan. Ditempat ini adalah terdapat Gardu Pandang paling tersohor untuk menikmati sunrise setiap paginya. Sayang sedikit lupa bahwasanya melalui berita di koran dan terbukti sekitar seratusan meter sebelum parkir Penanjakan kita di stop untuk tidak melanjutkan perjalanan naik. Juga terdapat spanduk / banner yang memperingatkan hal itu. Akhirnya kita kembali turun dan berhenti di Bukit Cinta atau Love Hill. Disini lumayan kita bisa lihat Gunung Bromo meski tidak selebar dan selengkap saat di Gardu Pandang Pananjakan. Karena dari posisi Love Hill ini Bromo justru tertutup oleh berdiri tegaknya gunung Batok.
Usai puas melihat dari sisi di Love Hill, kita menuju Lautan Pasir Bromo. Namun tidak lupa berhenti di pertigaan arah naik ke Pananjakan dan Lautan Pasir. Cukup 15 menit untuk foto-foto kita langsung menuruni jalan disisi tebing yang mengarah ke Lautan Pasir. Sampai dibawah… benar-benar yang ada hanya pasir yang membentang di “halaman” gunung Bromo dan gunung Batok. Dari sini kebetulan angin berhembus sangat kuat diiringi bertaburnya debu pasir yang cukup tebal sehingga menimbulkan suara-suara yang cukup menakutkan.
Sejak rute ini nyobamoto mulai kerepotan untuk menjaga laju dari MAISIBI. Bukan apa-apa. Nyobamoto sudah berkali-kali ke Bromo dengan berbagai rute masuk bahkan bisa pp di lautan pasir. Namun dengan adanya box Givi E43 di belakang sepertinya perlu belajar lagi, karena meski tidak sampai terjatuh atau terguling di pasir namun terasa sangat berat di belakang. Sangat beda apabila tidak membawa apapun atau adanya boncenger. Sempat berhenti beberapa kali saat nyaris terguling namun alhamdulillah berhasil tetap menjaga posisi motor sport Honda ini.
Usai istirahat di depan halaman pura yang saat ini semakin jauh dengan adanya batang-batang portal yang membatasi kita lanjut terus kearah timur. Namun bukan mengarah ke Probolinggo, melainkan akhirnya berbelok kearah Pasir Berbisik di timur gunung Bromo. Namun karena semakin sore usai berfoto di plang The Sea of Sand kita berdua langsung aja gass ke Bukit Teletubbies. Disana juga tidak lama hanya sekitar 15-20 menit kita lanjut kearah Jemplang. Tidak terlalu jauh namun jalan berpasir mulai berkurang dan akhirnya aspal dapat kita temui lagi. Alhamdulillah… benar-benar merasa senang dan bersyukur bisa bertemu dengan aspal.
Jujur saja nyobamoto cukup menguras tenaga atau capek selama tadi melintasi lautan pasir sejak dari turunan usai Pananjakan hingga usai Bukit Teletubbies. Akhirnya setelah berfoto-foto akhirnya kami berdua langsung cepat-cepat menuju salah satu warung di Jemplang. Karena harus mengganti cairan untuk rutinitas saya. Alhamdulillah… sembari mengganti cairan juga menikmati mi goreng dan kopi susu. Akhirnya selesai semua dan kita turun ke Malang melalui Poncokusumo serta Tumpang. Heemmm… benar-benar merindukan perjalanan seperti ini lagi. Semoga bisa mengunjungi destinasi wisata lainnya lagi. Aamiin…
- Jalan-jalan Bersama MAISIBI Nikmati Indahnya Kawasan Bromo dan Tengger
- Jajal Performa MAISIBI Dari 350 mdpl ke ketinggian 1000 mdpl Enteng Sekali Vroo
- Servis Prioritas Saat KPB 1 Dengan OHC di Wing Dealer MPM BasRah Malang
- Modif Ringan MAISIBI dengan Memasang Cover Radiator OEM untuk CBR150 dan CB150R
- Benarkah Lautan Pasir Bromo Angker Untuk Newbie Sports?
- Cerita Menginspirasi Dari Kompas Otomotif. Mantab Impiannya
- Etape 2_Lautan Pasir Bromo Jemplang Ranu Pane Tumpang Malang
- Etape 1_Ultah nyobamoto.com Diperingati Dengan Pelukan Kabut Penanjakan Bromo
- HONDA BIKERS DAY di Gunung Bromo (habis)
- Njepret Bulan Purnama pas Mblakrack ke Bromo
Pict : dokumen pribadi
Email : maswiro@nyobamoto.com
Facebook : Wiro S.Poerwoko
Twitter : @WiroSP
Instagram : maswiro
BBM : 5BA5E67B
WhatsApp : 081333498899
Filed under: HONDA, Maisibi, Safety Riding, Touring Tagged: Bromo, bukit cinta, bukit teletubbies, debu lautan pasir, gunung batok, Lautan Pasir, Lautan Pasir Bromo, love hill, maisibi turing ke bromo, Pasir Berbisik, performa new cb150r, the sea of sand, turing bromo, turing ke bromo