AKhir-akhir ini kita selain dijejali berita tentang AQJ dan Sazkia Gothic, yang tak kalah menarik perhatian adalah pemberitaan di dunia Otomotif adalah tentang “lahirnya” sebuah mobil “murah”. Selain iklan yang mulai wara-wiri di layar kaca, juga kehadirannya yang banyak menyita perhatian potential buyer, apalagi di siarkan oleh salah satu televisi swasta. Yups…berita tentang Low Cost Green Car (LCGC). Dan yang menjadi pembicaraan saat ini adalah Daihatsu Ayla. Mobil ini akan dijual dengan harga yang menggiurkan. Memang ke depan bukan hanya mobil ini yang bermain di segmen “murah”, tapi yang sudah ber-ujud dan terlihat nyata ya mobil ini. Beberapa merk lain dipastikan juga akan mengikuti langkah perilisan mobil murah ini bilamana payung hukum sudah relatif jelas dan kuat.
Daihatsu Ayla memiliki tiga varian, tipe D (terendah), M, dan X (tertinggi). Pada tipe D, tidak disematkan CD player, velg alloy, AC, airbag dan spion elektrik. Rencananya tipe ini akan dibanderol sekitar Rp 75 jutaan. Untuk tipe M dan X telah dilengkapi transmisi manual dan otomatis. Yang pasti kedua tipe ini akan ada beberapa perbedaan, karena harga tipe M diperkirakan sekitar Rp80-90 juta, sedangkan tipe X sekitar Rp88-100 juta. Ayla menggunakan mesin berkapasitas 1.000cc 3 silinder sejajar, 12 valve, DOHC, yang mampu menghasilkan tenaga 46 kW pada 6.000 rpm dengan torsi 86 Nm pada 3.600 rpm.
Tapi mobil yang nantinya diperkirakan booming karena range harga yang lebih bersahabat ini tidak serta merta, melenggang dengan gemulai. Ada pihak yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah pusat dalam penerapan LCGC ini. Salah satunya adalah sang fenomenal Jokowi. Ya, Gubernur DKI ini disinyalir bakalan sering mumet bila melihat mobil murah yang terbungkus dalam kebijakan LCGC ini lewat dan wara-wiri di depan mata-nya. Bagaimana tidak, lha wong saat ini saja dia sudah pusing dan ngelu level dewa dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta. Sampai-sampai dia mengirim surat kepada WaPres Budiono tentang kebijakan ini. Secara garis besar dia mengkhawatirkan, bahwa seluruh programnya tentang mengatasi kemacetan di DKI akan musnah lebih awal dikarenakan adanya program LCGC ini.
Disisi pihak lain punya argumen bahwasanya mobil keluarga yang murah dan ramah lingkungan juga dirasakan sangat perlu. Hal ini juga sejalan dengan keinginan Jokowi sendiri yang setahun lalu getol dengan mobil murah ESEMKA. Bahkan untuk melakukan aktifitas dinas dia bersama wakil walikota Solo menggunakan mobil murah yang disebut-sebut sebagai mobil buatan dalam negeri (walaupun pada akhirnya diketahui sebagai rakitan dalam negeri karena semua komponen masih mendatangkan dari luar). Inilah yang sekarang banyak menjadi polemik, karena dianggap mobil murah sebagai bagian dari strategi politik. Dahulu untuk mencari simpati dengan cara menggunakan mobil ESEMKA, termasuk saat berkampanye untuk menjadi DKI 1. Sementara saat ini mobil tersebut teronggok di TechnoPark di solo, dengan alasan digunakan sebagai mobil prototype (lho dulu katanya buat mobil nasional).
Dan sekarang saat Jokowi sudah duduk di DKI 1, mobil tersebut tidak digunakan dan kebijakannya juga menentang adanya mobil murah. Dalam pemikiran positif mungkin dampak-nya yang akan dibendung oleh Jokowi bila mobil tersebut benar² digemari dan laris manis dipasar. Ataukah ini pencitraan part dua, untuk 2014?
Ahh entahlah, monggo yang paham urun rembuk dan ajukan pendapat.
Saya juga mumet seperti Jokowi, tetapi bedanya saya mumet karena belum ada uang beli mobil murah sekalipun
pict : from Google
Filed under: Joko Widodo, Pro-Kontra Tagged: AYLA, Daihatsu, Joko Widodo, Jokowi, LCGC, Low Cost Green Car, mobil murah