Nyobamoto.com-BroSis…
Berita mengharukan saya lihat sepintas dari layar televisi saat saya akan berangkat sholat Jum’at kemarin. Berita di salah satu televisi swasta nasional itu sangat mengagetkan sekaligus mengharukan. Bagaimana tidak? Seorang bocah berumur 5 tahun bernama Valentino mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Bunuh dirinya entah mengapa terilhami dari film yang ingin dia tonton. Yaitu film Spiderman. Sementara keinginan menonton itu dilarang oleh ibunya. Sehingga Valentino bunuh diri dengan meloncat dari lantai 19 Tower B No 28 Apartemen Laguna, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Seperti berita yang ada, Valentino adalah bocah yang masih pelajar TK Paris School. Usai dimandikan ibunya, Valentino minta untuk nonton film Spiderman. Entah mengapa Eva (ibunya) melarang atau menolak keinginan tersebut. Karena tidak disetujui, maka Valentino kesal dan mengunci diri di dalam kamar. Sekian lama pintu tidak dibuka, berakhir dengan kenyataan bahwa Valentino sudah dikerumuni banyak orang di lantai bawah apartemennya. Kondisinya mengenaskan, dengan kepala retak dan dua kakinya patah seperti dalam berita ini.
Dari cerita asli diatas, kit kesampingkan masalah hukumnya. Yaitu kemungkinan bunuh diri atau yang lain, karena Polisi masih menyelidikinya. Yang kita bahas adalah mengapa banyak dampak tayangan televisi dan film sangat kuat berpengaruh pada anak-anak belia ini. Coba mulai dari hal ringan, nakalnya Marsha dalam film anak Marsha and The Bear. Kemudian juga film-film lain, baik film anak atau tontonan-tontonan yang kadang kelewat kejam atau sadis. Jelas masih segar dibenak kita manakala adegan berkelahi Smack Down yang ditiru mentah-mentah oleh anak-anak kecil Indonesia. Saat ini dilarang karena sudah beberapa berjatuhannya korban.
Sementara itu, mengapa kita sebagai orang yang lebih tua atau justru orang tua sering mengarahkan anak untuk menonton acara-acara yang sifatnya mengedepankan bullying dan sadisme? Beberapa acara televisi memang mengemas materi bully yang dikemas dalam bentuk hiburan. Bukankah akhirnya dalam alam bawah sadar mereka akhirnya akan meniru. Termasuk kenakalan yang ditiru persis seperti gadis kecil Marsha. Apakah tidak ada contoh lokal hero? Yang mengutamakan ke-santunan dan kearifan lokal? Atau mungkin kurang modern untuk jagoan-jagoan pribumi? Entah-lah brosis… :(
Gimana brosis…masih ingin hal-hal yang tidak baik menghinggapi benak anak-anak kita kedepan?
Monggo atensinya di kolom komentar…
Pict : from Google
Filed under: Uncategorized