Nyobamoto.com-Bro Sis sekalian…
Keamanan apapun utamanya sangat berharga bagi kita atau barang-barang yang kita sayangi. Untuk perlengkapan berkendara, biasanya kita menyiapkan helm, jaket, glove, protector, dan lain sebagainya. Tapi untuk persuratan, kita biasanya menyiapkan stofmap kemudian masih dilindungi dengan dimasukkan tas dan lain-lain. Kalau uang biasanya disimpan dalam tabungan di bank dan lain-lain. Tetapi masalahnya adalah…alat yang “cukup” penting saat digunakan di tempat yang cukup mengkhawatirkan. Saya ambil contoh DSLR diajak main air :D. Pada beberapa DSLR hi-end, memang biasanya kebal terhadap hal-hal ekstrim. Tapi tidak untuk versi hematnya. Karena mengurangi harga, tentu juga berdampak pada kemampuan dan fitur yang dibenamkan :D
Inilah yang terjadi saat saya jalan-jalan ke Yogya tempo hari. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah Goa Pindul. Tempat lain yang dikunjungi ada Pantai Indrayanti, Ullen Sentalu (Museum Seni dan Budaya Jawa), dan Kali Adem lereng Gunung Merapi. Kembali ke Goa Pindul, disana adalah wisata menyusuri lorong gua. Tapi bedanya tidak berjalan, melainkan justru kita menyusuri goa tersebut dengan menggunakan ban. Karena memang sepanjang goa itu dilewati air. Jadi kita semacam duduk atau rebahan diatas ban dan ada petugas yang mengarahkan pergerakan dari ban-ban kita. Kita? Yaa…diantara kita saling berpegangan dengan rekan atau teman lain. Karena ban mereka dan kita sudah disiapkan tempat untuk itu.
Sebelum masuk, oleh beberapa rekan dan petugas disana diingatkan untuk tidak membawa barang elektronik. Diantaranya jelas handphone dan kamera. Saya penasaran kalau tidak dapat mengabadikannya, maka saya tetep membawa kamera saya untuk caving diatas ban tersebut :D Rekan-rekan yang tau bahwa saya membawa kamera justru malah pesan untuk difoto, karena mereka meninggalkan kamera atau hpnya. Waduh…pekerjaan tambahan nih. Bukan apa-apa, tapi konsentrasi yang sangat dibutuhkan ini.
Setelah mengambil pelampung dan sempat bergaya, selanjutnya saya memilih ban. Ban ukuran besar yang mungkin biasanya terpasang pada dump truk atau lainnya inilah yang akan menjadi kendaraan jalan-jalan kita. Menuruni anak tanggak untuk ke semacam dermaga, agar kita bisa rebah diatas ban tersebut. Karena demi keseimbangan, tidak mungkin berdiri atau duduk :D Memasuki mulut goa sudah mulai gelap. Kalaulah ada penerangan hanya dari lampu senter/sorot guide kita, tentunya juga flash dari kamera saya.
Bahkan ketika sampai dalam, sangat gelap sekali. Gemericik air dan kecipak air didinding agak membuat ciut nyali. Karena melewatinya hanya satu persatu, tidak bergerombol seperti awal masuk yang satu rangkaian. Di atas terlihat stalaktit dan stalakmit (kata pemandunya, saya sendiri nggak terlalu perhatian). Terus mendengarkan penjelasan dari pemandu sekalian njepret-njepret. Semakin dingin saya merasakan dan sepertinya oksigen juga tidak sebanyak awal tadi atau masuk belum terlalu dalam.
Ada juga tetesan air dari atas, yang secara sedikit berkelakar disampaikan bahwa bila terkena tetesannya akan membuat awet muda :) Ntah benar atau tidak, saya juga sepertinya tidak sempat ketetesan air tersebut. Terus berlanjut sampai akhirnya terdapat sinar yang masuk dari dua celah. Pertama dari arah lurus yang sepertinya memang tujuan akhir dari perjalanan menyusuri Goa Pindul dengan ban ini. Yang kedua adalah sinar dari atas, yang masuk melalui celah cukup lebar dengan diameter + 3 meter. Cahaya ini cukup menyinari dalam goa dan memberi nuansa lain. Harapan dari dagdigdug sepanjang diatas air segera berganti gembira. Jujur saja bahwa saya tidak bisa berenang, itu alasan utama :D
Disinilah petaka yang saya maksud seperti pada judul terjadi. Kita semua “mendarat” di tempat tertentu, pada beberapa rekan dan pengunjung yang lain, saat mendekati “dermaga” malah sudah melepas ban-nya. Mereka berenang menuju tempat pendaratan. Saya sendiri tetap sampai tepi, tapi ketika saya diangkat dari ban, justru terpeleset… dan byurrr…saya bersama kamera DSLR saya nyemplung karena terpeleset. Buru-buru saya bangun agar kamera tersebut tidak semakin dalam tenggelam. Hedeehhh…justru di finish malah kamera terkena air :(
Itulah brosis…seharusnya dengan kondisi seperti itu, saya menyiapkan pelindung atau yang bisa menjaga salah satu aset saya. Apalagi barang semacam ini juga hasil dari menyisihkan uang yang ada sedikit-demi sedikit atau malah hutang. Ini adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga untuk saya, seharusnya saya tidak terlalu ceroboh untuk hal semacam ini. Semoga saya bisa berupaya lebih lagi untuk belajar semakin hati-hati dan waspada, termasuk menimbang masukan dari orang lain.
Btw, Alhamdulillah bahwa kamera saya tidak mengalami masalah apapun. :)
Tapi setidaknya…saya harus memikirkan punya pelindung seperti foto diatas ini, atau ganti dengan kamera yang tahan disegala medan dan cuaca :D
Pict : Dokumen Pribadi
Artikel Terkait
- Lindungi Aset Berharga Anda Dengan Perlengkapan Seharusnya !!!
- Mengapa Kita Sering Narsis? Apakah Termasuk Gejala Aneh? :D
- Panasonic Lumix DMC-FZ50. Salah Satu Senjata Lawas Nyobamoto.com
- Nih nyobamoto.com Sedang Belajar Moto Makro :)
- Makhluk Tuhan Paling Seksehhh
Filed under: Opini Tagged: air, aset, berharga, DSLR, goa pindul, kamera, lindungi, waterproof, weatherproof, yogyakarta